SEJARAH RONGGOWARSITO DI PONDOK TEGALSARI PONOROGO, Ronggowarsito adalah tokoh yang sangat terkenal di kalangan
pecinta budaya Jawa, ia dijuluki pujangga terakhir tanah Jawa. Tokoh kelahiran
Solo ini ternyata mempunyai sebuah episode menarik di Ponorogo karena di kota
inilah ia menuntut ilmu hingga menjadi pujangga besar.
Kemasyhuran kota Ponorogo selain karena seni Reyog juga
karena lembaga pendidikan Islamnya. Jauh sebelum Pondok Modern Gontor berdiri,
di Ponorogo telah dikenal pesantren besar bernama Gebang Tinatar yang dipimpin
oleh Kyai Kasan Besari.
Dalam catatan peneliti Belanda Martin Van Bruinesen,
pesantren yang lebih dikenal dengan nama pesantren Tegalsari tersebut memiliki
santri tidak kurang dari 10 ribu orang.Pesantren inilah yang menarik minat
orang tua Ronggowarsito untuk mengirim anaknya ke Ponorogo.
Terlahir di lingkungan Surakarta Jawa Tengah dengan nama
Bagus Burhan,orang tua Ronggowarsito mengirimnya ke Pesantren Tegalsari dengan
harapan dapat mencari ilmu yang berguna bagi hidupnya.
Di awal kehidupanya mondok, Bagus Burhan yang terbiasa hidup
mewah di lingkungan ningrat susah menghilangkan kebiasanya berjudi sabung ayam
hingga di usir oleh gurunya.
Sempat minggat ke Madiun dan kembali lagi, Bagus Burhan
ternyata belum juga hilang kebiasanya hingga Kyai Kasan Besari murka. Kemurkaan
kyai Kasan Besari sangat membekas di hati Bagus Burhan yang lalu memutuskan
untuk tirakat dengan merendam diri di sungai. Akhirnya Bagus Burhan bertobat
dan menjadi santri yang baik.
Pulang ke Surakarta, Ronggowarsito kemudia menjadi pujangga
besar yang menulis banyak karya. di bidang pengetahuan batin maupun pembacaan
kondisi sosial.
Sebagian orang memandang karyanya banyak mengandung
‘ramalan” ghaib, namun di sisi lain apa yang diungkapkan Ronggowarsito adalah
intisari kesimpulan dari perenungan kondisi budaya, sosial dan politik yang
bisa dijelaskan dengan keilmuan modern.
Petikan Serat Kalatidha karya Ronggowarsito
Amenangi jaman edan,ora edan ora keduman,ndilalah kersane Allah,sak beja bejane wong kang lali,isih bejo wong kang eling lan waspodo
(kau akan bertemu jaman gila, kalau tidak ikut gila kau tak mendapat apa apa, tapi sudah digariskan Allah Yang Maha Kuasa, seberuntung apapun orang yang lupa, masih akan lebih beruntung orang yang ingat dan waspada)
Ditulis oleh : Muhammad Hamka Arifin