NAPAK TILAS “Central” dan Sejarah Kejayaan Batik Ponorogo,Jika anda bertanya kepada warga kawasan Ponorogo utara
dimana letak dusun Ngrambang, mereka akan menjawab “Central ngulon/central ke
arah barat”. Penyebutan central inilah yang akan kami bahas dalam napak tilas
sejarah kali ini.
Nama central berasal dari penyebutan era penjajahan Belanda
yang berarti “pusat . Kawasan ini memang merupakan pusat ekonomi khususnya
industry batik sejak era kolonial Belanda hingga berakhir di era tahun 70an.
Merunut sejarah, wilayah Central meliputi jalur jalan raya Ponorogo-Madiun
dimana terletak desa Babadan di sisi timur dan desa Pondok di sisi barat.
“Dulu semua warga di sini bekerja di industry batik, ada
yang membatik, menimba air, mencuci kain, semua dikerjakan pakai tangan soalnya
belum ada mesin. Saya ingat, banyak tawaran untuk ke Malasyia untuk mengajar
orang sana membatik soalnya mereka tidak bisa membatik . Tahun 70an mulai
surut, saya tidak tahu apa sebabnya, mungkin jaman itu batik kan mulai kurang
diminati, baru akhir akhir ini saja mulai bangkit kembali.” ucap seorang warga.
Jika anda ingin melihat saksi kejayaan kawasan dahulu, di
jalan perniagaan desa Pondok anda akan menemui deretan rumah dengan arsitektur
gaya Kolonial Belanda yang kokoh dan elegan. Selain rumah, Salah satu saksi
sejarah di kawasan ini adalah Masjid Abdul Qohar yang terletak juga di jalan
Perniagaan.
Masjid Abdul Qohar di masa dahulu adalah satu satunya masjid
yang mempunyai menara di kawasan tersebut sehingga disebut juga Masjid
Menara.Kemampuan ekonomi warga sebagai “juragan batik” membuat mereka mampu
membangun masjid dengan menara yang tentu saja menelan biaya amat banyak pada
masa itu.
Salah satu cerita menarik seputar Masjid Abdul Qohar, masjid
ini pernah ingin dihancurkan oleh pemberontak PKI di tahun 1948. Pemberontak
PKI menembaki masjid tersebut dan memasang bom namun berkat perlindungan Allah
bom yang dipasang tidak bisa diledakan.