Sunday, January 12, 2014

NAPAK TILAS “Central” dan Sejarah Kejayaan Batik Ponorogo

4:12 PM
NAPAK TILAS  “Central” dan Sejarah Kejayaan Batik Ponorogo,Jika anda bertanya kepada warga kawasan Ponorogo utara dimana letak dusun Ngrambang, mereka akan menjawab “Central ngulon/central ke arah barat”. Penyebutan central inilah yang akan kami bahas dalam napak tilas sejarah kali ini. 
Nama central berasal dari penyebutan era penjajahan Belanda yang berarti “pusat . Kawasan ini memang merupakan pusat ekonomi khususnya industry batik sejak era kolonial Belanda hingga berakhir di era tahun 70an. Merunut sejarah, wilayah Central meliputi jalur jalan raya Ponorogo-Madiun dimana terletak desa Babadan di sisi timur dan desa Pondok di sisi barat.

Dulu semua warga di sini bekerja di industry batik, ada yang membatik, menimba air, mencuci kain, semua dikerjakan pakai tangan soalnya belum ada mesin. Saya ingat, banyak tawaran untuk ke Malasyia untuk mengajar orang sana membatik soalnya mereka tidak bisa membatik . Tahun 70an mulai surut, saya tidak tahu apa sebabnya, mungkin jaman itu batik kan mulai kurang diminati, baru akhir akhir ini saja mulai bangkit kembali.” ucap seorang warga.

Jika anda ingin melihat saksi kejayaan kawasan dahulu, di jalan perniagaan desa Pondok anda akan menemui deretan rumah dengan arsitektur gaya Kolonial Belanda yang kokoh dan elegan. Selain rumah, Salah satu saksi sejarah di kawasan ini adalah Masjid Abdul Qohar yang terletak juga di jalan Perniagaan.

Masjid Abdul Qohar di masa dahulu adalah satu satunya masjid yang mempunyai menara di kawasan tersebut sehingga disebut juga Masjid Menara.Kemampuan ekonomi warga sebagai “juragan batik” membuat mereka mampu membangun masjid dengan menara yang tentu saja menelan biaya amat banyak pada masa itu.

Salah satu cerita menarik seputar Masjid Abdul Qohar, masjid ini pernah ingin dihancurkan oleh pemberontak PKI di tahun 1948. Pemberontak PKI menembaki masjid tersebut dan memasang bom namun berkat perlindungan Allah bom yang dipasang tidak bisa diledakan.